Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
BeritaDaerahKriminal

Pemulihan Hubungan Paman dan Keponakan Melalui Restorative Justice di Kejati NTT

399
×

Pemulihan Hubungan Paman dan Keponakan Melalui Restorative Justice di Kejati NTT

Sebarkan artikel ini
Kejaksaan Tinggi Nusa Tenggara Timur (NTT) kembali menggelar dua sesi ekspose penghentian penuntutan berdasarkan mekanisme Restorative Justice (RJ), foto : Lia Kiki

DetikNTT.Com || Sumba Barat  – Kejaksaan Negeri Sumba Barat berhasil menuntaskan perkara penganiayaan ringan melalui mekanisme Restorative Justice (RJ) dalam ekspose yang digelar secara virtual di Ruang Restorative Justice Kejaksaan Tinggi NTT

Permohonan penghentian penuntutan berdasarkan keadilan restoratif ini diajukan untuk tersangka Kornelis Kura Wunu alias Bapa Nona, yang disangka melanggar Pasal 351 ayat (1) KUHP.

Ekspose dipimpin oleh Nanang Ibrahim Soleh, S.H., M.H., selaku Direktur A pada Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum Kejaksaan Agung RI, serta dihadiri oleh Wakil Kepala Kejati NTT Ikhwan Nul Hakim, S.H., dan Koordinator pada Bidang Tindak Pidana Umum Arwin Adinata, S.H., M.H., bersama jajaran pejabat Kejati NTT. Pemaparan kasus disampaikan oleh Agus Taufikurrahman, S.H., M.H., Kepala Kejaksaan Negeri Sumba Barat, beserta timnya.

Baca Juga:  Kajati NTT Tinjau pembangunan 2.100 Unit Rusus pejuang Eks Timor - Timor

Perkara ini bermula dari insiden verbal yang berujung pada penganiayaan antara tersangka dan korban yang merupakan keponakannya, Yohanis Jeiwu Garra. Korban yang mengucapkan kata-kata tidak pantas kepada tersangka, kemudian dibacok oleh tersangka dengan parang, menyebabkan luka pada paha belakang sebelah kiri korban. Luka tersebut dikonfirmasi melalui visum et repertum Puskesmas Lahi Huruk pada 18 Desember 2024.

Setelah perkara memasuki Tahap II pada 24 Februari 2025, Kejaksaan Negeri Sumba Barat memfasilitasi proses perdamaian di Rumah Restorative Justice, Desa Katikuloku, Kecamatan Wanokaka, Kabupaten Sumba Barat, dengan dihadiri oleh tersangka, korban, penyidik, tokoh masyarakat, serta tokoh agama. Hasilnya, korban telah memaafkan tersangka, dan keduanya bersepakat untuk berdamai.

Baca Juga:  Pencanangan WBK dan WBBM Kejati NTT: Komitmen Menuju Birokrasi Bersih dan Melayani
Example 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *