DetikNTT.Com || Kupang – Pemerintah dan pemangku kepentingan sektor peternakan babi berkumpul dalam sebuah pertemuan lintas sektor yang diprakarsai oleh Pemerintah Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan PRISMA, sebuah program kemitraan antara pemerintah Indonesia melalui Kementerian PPN/Bappenas dan Pemerintah Australia melalui Departemen Luar Negeri dan Perdagangan (DFAT) Jumat, 14 Juni 2024, di Hotel Aston Kupang,
Pertemuan ini bertujuan untuk membahas pembangunan peternakan babi di NTT dengan mengutamakan pertumbuhan pasar pertanian yang inklusif.
Sejumlah pihak terkait hadir dalam lokakarya dengan tema “Berbagi Pembelajaran Sektor Babi NTT” yang bertujuan untuk “Menumbuhkan Pasar Pengakaran Pengetahuan”. Tiga poin diskusi utama meliputi persoalan genetik kualitas babi, peningkatan penggunaan pakan ternak, dan pemanfaatan teknologi inseminasi buatan untuk pengembangbiakan babi yang lebih berkualitas.
Dalam sambutannya, Linus Lusi, Staf Ahli Bidang Perekonomian Provinsi NTT, menyampaikan bahwa pertemuan tersebut merupakan upaya untuk mendukung target pembangunan NTT tahun 2024, salah satunya adalah meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Ia menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, sektor swasta, akademisi, gereja dan masyarakat dalam mengatasi berbagai tantangan dalam sektor peternakan babi, termasuk pencegahan penularan penyakit.
“Pertemuan lokakarya pagi hari ini adalah pertemuan antara pembelajaran orang dewasa untuk saling sharing praktik-praktek baik yang ada di provinsi masing-masing maupun kabupaten kota yang selama ini telah difasilitasi oleh prisma hampir 10 tahun lebih di negara kita. Pemerintah provinsi NTT sangat menyadari pertemuan pada pagi hari ini yang punya tujuan untuk mendukung target pembangunan NTT tahun 2024 yang salah satunya bagaimana meningkatkan pertumbuhan ekonomi NTT. Pada triwulan pertama pertumbuhan ekonomi NTT 3,61%.” Jelas Linus.
Sementara itu Ivan Martino, Direktur Pengadaan Pangan dan Pertanian Bappenas, juga menyoroti pentingnya pengembangan ternak babi dalam konteks penanganan penyakit ASF dan peningkatan ekonomi masyarakat NTT. Dia berharap kerjasama antara Indonesia dan Australia, melalui PRISMA, dapat terus berlanjut untuk meningkatkan teknik pemeliharaan babi dan penanganan penyakit ASF.
Pertemuan ini diharapkan dapat menghasilkan diskusi yang bermanfaat demi peningkatan pengetahuan dan praktik pemeliharaan babi di NTT serta penanganan penyakit ASF, sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan masyarakat setempat. ( Lia )