DetikNTT.Com || Waingapu – Sekolah Tinggi Teologi Gereja Kristen Sumba (STT GKS) kembali mencatat sejarah baru dalam dunia pendidikan tinggi teologi di Sumba, Nusa Tenggara Timur. Pada Kamis, 4 Juli 2025, STT GKS resmi memilih Pdt. Dr. Suryaningsi Mila, M.Si sebagai Ketua STT GKS untuk masa bakti 2025–2029. Proses pemilihan berlangsung di Kampus STT GKS Pameti Karata, Kecamatan Lewa, Kabupaten Sumba Timur, dalam suasana penuh kekhidmatan, sukacita pelayanan, dan semangat kebersamaan.
Acara ini dihadiri oleh Badan Pelaksana Majelis Sinode (BPMS) GKS, perangkat sinode, dosen, staf, dan karyawan STT GKS. Proses seleksi kepemimpinan ini melibatkan dua kandidat kuat, yakni Pdt. Matius U. Bolu, M.Th dan Pdt. Dr. Suryaningsi Mila, M.Si, yang masing-masing telah melewati berbagai tahapan seleksi, mulai dari pemberkasan administratif, pemaparan visi-misi, hingga sesi wawancara oleh tim seleksi. Melalui mekanisme pemungutan suara internal, nama Pdt. Dr. Suryaningsi Mila akhirnya terpilih dan ditetapkan sebagai ketua terpilih menggantikan Pdt. Arniati Dangga Mesa, M.Th, yang sebelumnya menjabat sebagai Ketua dan kini kembali dipercaya sebagai pelaksana tugas (Plt) sampai pelantikan resmi dilakukan.
Pdt. Dr. Suryaningsi Mila merupakan dosen STT GKS yang telah mengabdi sejak tahun 2010. Ia menyelesaikan studi S1 dan S2 di Universitas Kristen Satya Wacana, dan meraih gelar doktor dalam bidang Inter-Religious Studies dari Program Pascasarjana Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. Dalam kiprah akademiknya, ia dikenal aktif mengajar mata kuliah seperti Perjanjian Lama, Sosiologi Agama, serta Metodologi Penelitian Sosial-Teologis. Selain sebagai pendidik, ia juga aktif dalam riset nasional, salah satunya melalui partisipasinya dalam tim penelitian bertema Religion, Gender, and Sexuality in Indonesian Context, yang diselenggarakan oleh jaringan teologi nasional dan mitra internasional. Beberapa hasil penelitiannya telah dipublikasikan dalam jurnal ilmiah bereputasi dan menjadi rujukan dalam studi teologi kontekstual, khususnya di Indonesia bagian timur.
Selama ini, ia dikenal sebagai figur teolog perempuan yang vokal dalam isu-isu keadilan gender, relasi antaragama, serta pelayanan gereja yang kontekstual dan berpihak pada kelompok rentan. Dalam berbagai forum ilmiah maupun pelayanan gereja, ia menekankan pentingnya pendidikan teologi yang tidak hanya berbasis iman, tetapi juga peka terhadap realitas sosial dan perubahan zaman.
STT GKS sendiri merupakan perguruan tinggi milik Gereja Kristen Sumba (GKS) yang berawal dari Pendidikan Teologi Tepat Guna (PTTG) yang didirikan pada 25 November 2005. Seiring perkembangan, lembaga ini kemudian meningkatkan statusnya menjadi program Strata Satu (S1) Pendidikan Agama Kristen pada tahun akademik 2006/2007, dan membuka kembali Program Studi S1 Teologi/Kependetaan pada tahun 2008/2009 guna menyiapkan tenaga pelayan jemaat yang berkualitas. Sebagai lembaga pendidikan tinggi berbasis gereja, STT GKS berlandaskan pada pengakuan iman kepada Allah Tritunggal dan menjadikan Yesus Kristus sebagai satu-satunya dasar (1 Korintus 3:11), serta menjunjung tinggi nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara.
Hingga kini, STT GKS terus mengalami perkembangan dalam aspek kelembagaan, akreditasi, maupun fasilitas. Program studi Pendidikan Agama Kristen dan Teologi telah terakreditasi “Baik” oleh BAN-PT. Sarana kampus seperti ruang kelas, perpustakaan, Laboratorium, asrama, serta tempat ibadah tersedia secara memadai untuk mendukung proses belajar mengajar. Dalam menjalankan fungsinya, STT GKS mengemban identitas iman yang kuat dengan menegaskan bahwa Firman Tuhan adalah dasar pengajaran dan bahwa nilai-nilai kasih, keadilan, kebenaran, perdamaian, dan keutuhan ciptaan merupakan prinsip utama dalam proses pendidikan dan pelayanan.
Dengan terpilihnya Pdt. Dr. Suryaningsi Mila sebagai Ketua STT GKS yang baru, harapan besar pun tertuju pada peningkatan kualitas akademik, penguatan jaringan kemitraan, pengembangan riset kontekstual, serta peningkatan peran STT GKS sebagai pusat pembentukan pelayan gereja yang relevan dan transformatif di tengah tantangan zaman. Kepemimpinan baru ini juga diharapkan mampu menginspirasi generasi muda pelayan Tuhan untuk berpikir kritis, bersikap adil, serta hidup dalam kesetiaan kepada panggilan iman dan pelayanan yang holistik.







