Scroll untuk baca artikel
Example 325x300
Daerah

Kedai Hopeng Jadi Dapur MBG: Bantu Anak Sekolah dan Ibu Hamil Lewat Makanan Bergizi

598
×

Kedai Hopeng Jadi Dapur MBG: Bantu Anak Sekolah dan Ibu Hamil Lewat Makanan Bergizi

Sebarkan artikel ini

DetikNTT.com||Kupang— Kedai Hopeng yang dikelola oleh Edy Lauw kini bertransformasi menjadi salah satu dapur untuk program nasional Makanan Bergizi Gratis (MBG). Program ini menyasar ibu hamil dan anak-anak sekolah dari kalangan prasejahtera untuk meningkatkan gizi dan kualitas hidup mereka.

Saat ditemui media ini pada Kamis, 17 Juli 2025, Edy Lauw menyampaikan bahwa program ini sangat bagus karena sudah mulai dirasakan dampaknya oleh masyarakat.

“Ada orang tua yang memberikan testimoni bahwa anaknya yang sebelumnya sering tidak makan, kini bisa mendapatkan makanan bergizi secara rutin,” ujarnya.

Menurut Edy, dapur MBG di Kedai Hopeng telah menerapkan standar gizi ketat seperti di rumah sakit. Semua makanan yang disiapkan dihitung kalori dan nutrisinya oleh ahli gizi. Setiap menu dipadukan dengan buah dan lauk yang seimbang agar anak-anak bisa tumbuh optimal, baik secara fisik maupun kecerdasan.

Baca Juga:  Menyambut HUT RI ke-79, PT PLN NP Services Komitmen Menjaga Stabilitas Pasokan Listrik di Seluruh Unit Pembakit di Indonesia

“Anak-anak akan tumbuh bagus, IQ-nya pun bisa berkembang baik. Ini semua berkat dukungan pemerintah melalui program MBG.”ungkapnya

Program MBG bukan hanya soal makanan, tetapi juga membuka peluang kerja dan pasar bagi petani, peternak, hingga nelayan. Hasil kebun seperti sayur kol, pecay, sawi, buncis, dan timun diambil langsung dari petani dan pasar lokal. Satu dapur membutuhkan hingga tiga bedeng sayur setiap hari.

Edy menambahkan, dapurnya juga menyerap ayam, ikan, dan daging sapi langsung dari peternak dan nelayan sekitar. Hal ini membuka lapangan kerja baru sekaligus memastikan perputaran ekonomi lokal tetap berjalan.

“Kami punya supplier tetap, tapi kami juga membuka pintu bagi pedagang sayur lain untuk langsung mengantar dagangannya ke dapur. Kami beli dengan harga pasaran.”ungkapnya

Dapur MBG memiliki standar tinggi dalam hal variasi menu. Dalam satu minggu, menu bisa disajikan dua kali dan tidak boleh sama. Untuk telur, disiapkan satu butir per orang, dengan total kebutuhan mencapai 3.500 butir per minggu. Dalam satu kali masak, dibutuhkan 300 ekor ayam, dan seminggu bisa mencapai 900 ekor.

Baca Juga:  Peringatan Isra Mi'raj 1446 H Tahun 2025, Polres Ende Bagi Bingkisan Kepada Anak Yatim Polri

“Kami tetap mempertahankan cita rasa khas restoran. Koki kami tetap dari Kedai Hopeng, tapi prosesnya didampingi oleh ahli gizi agar kualitas tetap terjaga.”Jelasnya

Dapur dikelola oleh 50 orang tenaga kerja, sebagian besar warga sekitar yang direkrut sebagai relawan. Mereka dibagi ke dalam beberapa tugas:

  • Persiapan bahan: 9–10 orang
  • Pemotongan daging: 9 orang
  • Tim masak: 9 orang
  • Pemorsian atau pengemasan: 9 orang
  • Pengantaran (supir dan kondektur) :beberapa orang
  • Bagian cuci peralatan: 15 orang

Seluruh relawan menerima upah sebesar Rp100.000 per hari dan bekerja selama 24 hari dalam sebulan, sehingga penghasilan mereka mencapai Rp2.400.000 per bulan.

Pengantaran makanan dilakukan berdasarkan data dan informasi dari sekolah-sekolah penerima manfaat.

Baca Juga:  Pembekalan Digitalisasi bagi 256 Mahasiswa Fakultas Ekonomi UKAW oleh Dinas Kominfo Kota Kupang

Setiap dapur MBG memiliki kepala operasional yang disebut SPPI (Satuan Pelaksana Program Internal), ditunjuk oleh Badan Gizi Nasional (BGN). SPPI dibantu oleh akuntan dan ahli gizi berpendidikan sarjana (S1) untuk mengatur seluruh proses, termasuk perhitungan kalori dan pengawasan dapur.

“Kami tidak ikut campur ke dalam dapur, tapi kalau ada kekurangan, kami bantu. Semua kegiatan sudah mengikuti SOP dari BGN. Kalau ada perubahan pun, harus melalui SOP,” jelas Edy.

Program ini baru berjalan enam bulan, namun rencananya akan terus diperluas. Di Kupang sendiri ditargetkan akan berdiri 27 dapur MBG, dan secara total akan hadir 800 dapur di seluruh Nusa Tenggara Timur.

“Program ini terlalu bagus untuk dilewatkan. Masyarakat harus tangkap peluang ini, karena tidak hanya membantu anak-anak dan ibu hamil, tetapi juga mengangkat ekonomi masyarakat “. Tutupnya. *

Example 325x300

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *