Ketua Bawaslu Ende Basilius Wena (Foto: DetikNTT)
DetikNtt.Com || Ende -Nama Basilius Wena ini cukup dikenal di kalangan masyarakat kabupaten ende dan provinsi nusa tenggara timur (NTT) pada umumnya.
Sosok paru baya ini, sering tampil menjadi pembicara dalam forum seminar maupun diskusi yang berhubungan dengan penyelenggaraan pemilu, dan dalam pelaksanaan pleno pemilu hingga pada sengketa pemilu
Pria kelahiran 3 Februari 1982 ini, merupakan anak petani dari Desa Kamubheka, Kecamatan Maukaro, Ende NTT yang mendedikasikan hidupnya pada badan pengawas pemilu (Bawaslu) sejak tahun 2012 dengan menjadi staf hukum pada sekretariat panwaslu ende dan kini sebagai ketua Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Ende periode (2023-2028)
Proses panjang kemudian mengantarnya menjadi ketua Bawaslu Kabupaten Ende, yang bertanggung jawab penuh atas pengawasan terhadap pelaksanaan pemilu sebagai tugas dan panggilan mulia yang harus dilalui suami dari Maria Delfina Gue Wea tersebut dengan melewati pendidikan di tiap jenjang
Langkah pendidikan Ayah dari Metodius Joa Ja dan Dominikus Junior Jago Meja ini dimulai dengan pendidikan dasar dari belajar bersama di TK St. Yoseph Kamubheka (1989) dan menempuh bangku sekolah dasar di SDK Kamubheka (1996)
Karakter lingkungan pendidikan dan tempat tinggal Kamubheka yang berada persis di daerah perbatasan antara Kabupaten Ende dan Nagekeo, kental dengan perpaduan dua budaya menumbuhkan pemahamannya terhadap keberagaman dan sikap saling menghargai perbedaan
Pemahaman mengenai keberagaman budaya terus bertambah ketika dia meneruskan pendidikan sekolah menengah di SMP St. Antonius Ndona dan tinggal di perkampungan Ndona, Kecamatan Ndona dengan karakter masyarakat dengan budaya Ende Lio dan terkenal akan sikap toleransinya (1999)
Di masa itu, Basilius yang merupakan anak ke 5 dari7 bersaudara dalam keluarga petani sederhana yang menetap di Kamubheka, terpaksa meninggalkan orang tua dan saudaranya demi melanjutkan pendidikan di tingkat menengah
“Saya SMP di Ndona. Dan banyak teman saya dari Ndona, dari daerah Lio. Orang tua saya tinggal di kampung. Makanya saya tau dan mengerti bahasa Lio. Ndona itu seperti saya punya kampung sendiri, saya merasa saya dibesarkan di sana” Kenangnya saat dijumpai media ini beberapa waktu lalu
Setelah menamatkan pendidikan di bangku SMP pada tahun 1999, niatnya untuk melanjutkan pendidikan di tingkat SLTA terpaksa ditunda, lantaran keterbatasan biaya sekolah sebagai anak petani sederhana. Situasi ini menjadikan Basten semakin kokoh untuk berjuang dengan menjadi petani dan nelayan selama 4 tahun tanpa menikmati bangku pendidikan sembari memendam hasrat mencapai pendidikan hingga tingkatan sarjana
Keinginan yang kuat menjadi modal dasar dia untuk melanjutkan pendidikan dengan mengambil resiko meniggalkan orangtua, lalu merantau ke Kupang dan menjadi siswa SMAN 5 Kupang, yang kemudian pindah
ke SMAN 1 Kalabahi, Alor NTT dan tamat pada tahun 2004
Keterbatasan ekonomi sebagai anak petani, pengalaman sebagai perantau muda yang mulai memahami perbedaan suku, agama dan budaya menguatkan niatnya untuk mencintai Indonesia dalam semangat nasionalisme yang ditunjukkan dengan bergabung menjadi anggota Gerakan Mahasiswa Nasional Indonesia (GMNI) saat menjadi mahasiswa fakultas hukum pada universitas nusa cendana (UNDANA) Kupang
Di jenjang perguruan tinggi, pria yang akrab disapa Basten ini, terlibat aktif dalam organisasi internal maupun external kampus. Selain menjadi anggota aktif, dirinya pernah menjabat sebagai ketua bidang organisasi komisariat hukum GMNI Cabang Kupang, ketua bidang organisasi KMK Fakultas Hukum Undana dan Sekretaris BLM Fakultas Hukum Undana Pengalaman berorganisasi demikian, mengantarnya terpilih sebagai ketua ikatan pelajar mahasiswa kabupaten Ende (IPELMEN) Kupang. Sebuah organisasi besar yang menjadi wadah pergerakan dan perjuangan mahasiswa/i dari kabupaten Ende
Selain itu, anak desa Kamubheka, kelahiran kampung Marameku Maukaro ini juga pernah dipercayakan menjadi Sekretaris Bidang Kepemudaan Ikatan Keluarga Ende Flores (IKKEF) Kupang. Organisasi yang menghimpun semua keluarga- keluarga asal Ende di Kupang NTT
Usai menyelesaikan pendidikan sarjana hukum, Basten memulai kariernya dengan menjalankan magang pada kantor pengacara MAC Taulo dan Rekan Pengacara di Kota Kupang
Pada Tahun 2012 hingga 2014, mengabdi pada paintia pengawas pemilu (panwaslu) Kabupaten Ende dan menempati posisi sebagai staf hukum pada sekretariat, yang menangani permasalahan hukum sehubungan dengan penyelenggaraan pemilu
Selanjutnya, sebagai sarjana muda, anak dari Bapak Dominikus Djago Mega dan Mama Maria Serem ini terpanggil untuk kembali ke kampung halamannya dan dipercaya sebagai Manajer Bumdes Bersama Kamubheka Raya, meski tanpa digaji hingga penghujung tahun 2016
Basten dikenal low profile oleh rekan sejawatnya, kembali terpanggil mengabdi di Panwaslu Kabupaten Ende pada tahun 2017 hingga 2018, namun dengan posisi berbeda sebagai anggota Panwaslu Kabupaten Ende. Posisi ini diraihnya melalui proses seleksi yang cukup panjang yang didukung pengalaman dan kemampuan diri yang dimilikinya
Berkat pengalaman, dan integritas diri yang kokoh, dirinya kembali terpilih menjadi anggota Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) Kabupaten Ende periode 2018-2023 setelah melewati serangkaian proses seleksi ketat. Selain menjadi anggota, Basten juga dipercayakan sebagai Koordinator Divisi Penanganan Pelanggaran Sengketa Pemilu (P3S) yang terus berjibaku dengan persoalan pelanggaran pemilu kala itu
Sosok anak Kamubheka ini, terkenal cukup garang dan tegas dalam bicara dan profesional dalam tugas penindakan terhadap pelanggaran pemilu dengan mengedepankan sikap integritas dan cukup disegani sesama penyelenggara pemilu di tiap jenjang pada kabupaten Ende
Pengalaman menjadi anggota dan Kordiv P3S Bawaslu Ende pada periode sebelumnya, kini mengantar dirinya menjadi nahkoda utama pengawal demokrasi pada pemilu 2024 di tingkat kabupaten Ende. Proses seleksi yang ketat di tiap jenjang seleksi dirempuhnua dengan predikat membanggakan. Alhasil anak petani sederhana itu terpilih menjadi ketua Bawaslu Ende periode 2023-2028
Perjalanan hidup dari desa dengan segala keterbatasannua hingga pengalaman perjumpaan dengan sesama dari beragam latar pada jenjang pendidikan dan kehidupan berorganisasi menjadikan anak petani ini sosok yang berani, humanis dan menginspirasi banyak orang melalui teladan kepemimpinannya yang profesional dan tak kenal pilih kasih
Sebagai pengawal demokrasi, integritas dan profesional dari seorang Basilus Wena tak diragukan lagi. Sebagaimana yang ditunjukkannya dengan menyampaikan komitmen integritas dan profesional secara terbuka kepada publik terkait hubungannya dengan salah satu peserta pemilu 2024 yang tidak lain adalah saudaranya sendiri
Selamat bertugas, sang pejuang dari keterbatasan, nahkoda pengawal demokrasi di bumi pancasila tercinta.