
DetikNTT.com||Kupang— Salah satu calon Direktur Utama (Dirut) Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Kota Kupang periode 2025–2030, Dicson Caverius Haba, S.Pt, menyatakan komitmennya untuk melakukan berbagai terobosan strategis guna meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kota Kupang sekaligus memperbaiki pelayanan air bersih kepada masyarakat.
Dalam pemaparan ide, gagasan, dan rencana bisnis di hadapan tim panelis seleksi yang digelar di Ruang Garuda, Kantor Wali Kota Kupang, Rabu September 2025 Dicson mengungkapkan bahwa seluruh rencana kerja yang ia ajukan telah disusun berdasarkan data kondisi riil PDAM saat ini.
“Saya tahu betul bahwa kondisi PDAM Kota Kupang saat ini mengalami kerugian. Dari data yang ada, total aset perusahaan sekitar Rp40 miliar, namun dari jumlah tersebut hanya Rp25 miliar yang bisa dihitung sebagai aset bersih karena Rp15 miliar lainnya adalah piutang atau tagihan yang belum tertagih. Dari aset bersih itu, sekitar Rp24 miliar adalah aset fisik, dan hanya sekitar Rp1 miliar yang berupa kas.
“Sementara pengeluaran operasional per bulan sebesar Rp1,3 miliar. Artinya Perumda terus merugi setiap bulan selama lebih dari dua tahun terakhir,”ujarnya.
Terobosan untuk Meningkatkan PendapatanUntuk mengatasi kerugian tersebut, Dicson menawarkan sejumlah solusi konkret. Salah satunya adalah dengan menambah sambungan rumah baru. Menurutnya, dengan target 4.000 sambungan baru dan biaya pemasangan sekitar Rp1,15 juta per sambungan, PDAM dapat memperoleh pendapatan awal sekitar Rp550 juta, belum termasuk potensi dari penagihan rutin yang mencapai Rp1,3 miliar per bulan.
Lebih dari itu, Dicson juga berencana memproduksi air minum dalam kemasan dari sumber air Pipa UHV di Manutapen. Ia menjelaskan bahwa dalam satu jam, fasilitas produksi dapat menghasilkan hingga 36 ribu cup. Dengan empat mesin produksi yang beroperasi delapan jam sehari selama 25 hari kerja, PDAM bisa memproduksi sekitar 56 ribu dus per bulan.“Jika dikalkulasi, dan dijual dengan harga Rp4.000 per cup, maka potensi penghasilan bisa mencapai lebih dari Rp200 juta per bulan hanya dari produk air kemasan,” ungkap Dicson.
Dicson bahkan menyebut bahwa dengan keuntungan dari air minum kemasan, sambungan baru, dan penagihan tertunggak, total potensi pendapatan bisa mencapai lebih dari Rp2 triliun. Setelah dikurangi dengan pengeluaran bulanan sekitar Rp1 miliar, PDAM masih dapat mengantongi keuntungan bersih sekitar Rp770 juta hingga Rp1 miliar per bulan. Angka ini, jika stabil dalam satu tahun, akan mampu mendongkrak PAD hingga Rp8 miliar.“Kalau itu tercapai, maka saya akan menjadi satu-satunya Dirut yang mampu menyumbang PAD sebesar Rp1 miliar per tahun,” tegas Dicson.
Komitmen Tidak Membebani APBDDalam hal pembiayaan, Dicson menegaskan bahwa ia hanya akan meminta penyertaan modal dari Pemerintah Kota Kupang satu kali saja di awal masa jabatan.“Cukup sekali saja. Penyertaan modal sebesar Rp5 miliar sudah cukup untuk mengembangkan PDAM ke arah yang lebih baik. Selanjutnya, PDAM akan mandiri secara finansial,” tandasnya.
Pelayanan Air Bersih dan Keadilan SosialMengenai pelayanan, Dicson menyiapkan skema subsidi dan cicilan biaya sambungan baru bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Ia mengusulkan kerja sama dengan koperasi dan perbankan agar biaya sambungan sekitar Rp1,65 juta dapat dicicil selama 16 bulan.“Misalnya pelanggan mencicil Rp160 ribu ditambah tagihan air sebesar Rp50 ribu per bulan, maka mereka cukup membayar Rp210 ribu per bulan. Ini lebih adil bagi masyarakat kecil yang tidak mampu membayar langsung,” jelasnya.
Dengan memanfaatkan empat sumber mata air utama — Kali Dendeng (150 liter per detik), Mata Air Hitam (20 liter per detik), Bendungan Manikin (150 liter per detik), dan Bendungan Tilong (300 liter per detik) — Dicson optimistis bahwa cakupan layanan PDAM dapat diperluas hingga menjangkau 60 persen warga Kota Kupang.“Jika semua sumber air ini dioptimalkan, maka sekitar 60 persen masyarakat Kota Kupang bisa mendapatkan layanan air bersih secara merata,” tutup Dicson.*







